
Medan Berita – Pelayanan rumah sakit yang seharusnya memberikan yang terbaik kepada pasien dengan tujuan memberikan kesembuhan setidaknya mengurangi penderitaan si pasien. Namun hal ini dirasa tidak diterima oleh Erikson Debataraja S (54) warga Jalan Penampungan, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang. Dalam keterangan yang diberikannya pada Sabtu (09/01/2016) sekira pukul 08.00 WIB, akibat perlakuan RS Mitra Sejati, ia memilih untuk meninggalkannya dan mencari rumah sakit lain.
Kala ditemui di kediamannya, dengan wajah lesu pria yang berprofesi sebagai pendeta ini mengenang kejadian pilu yang hampir saja merenggut nyawanya. Pada hari Senin (04/01/2016) sekira pukul 04.00 WIB, Erikson merasakan nyeri di dadanya sebelah kanan. Karena mempunyai riwayat sakit jantung ia tidak mau mengambil resiko dan meminta istri beserta anaknya untuk mengantarnya ke rumah sakit.
” Senin yang lalu saya merasakan sakit di jantung. Saya memang mempunyai sakit jantung, bahkan pernah terjadi pembengkakan, sudah tidak tahan makanya saya minta antar ke rumah sakit. Diantar mereka saya ke Rumah Sakit Mitra Sejati, sekitar jam 3 pagi,” ucapnya dengan nada lemah.
Lanjutnya menuturkan bahwa dirinya merupakan pensiunan PNS sebagai perawat, ia pun mendaftar ke RS Mitra Sejati menggunakan kartu Askes. Untuk menerima layanan prima, ia meminta kelas VIP dengan persyaratan pertambahan biaya Rp 800 ribu permalamnya yang ia setujui. Permasalahanpun dimulai, dengan menempati Ruangan Amarilis di Kamar I ia beserta keluarga didatangi oleh salah seorang perawat yang ia lupa namanya.
” Datanglah perawat, lupa saya namanya menyarankan untuk infus. Saya tidak terima, yang saya butuhkan dokter bukan infus. Walaupun saya harus diinfus tidak lain karena anjuran dokter bukan anjuran perawat,” cetusnya dengan kecewa.
Perawatpun menjawab, ” Dokter lagi keluar kota sekarang sedang di (Bandara) Kuala Namu menuju kemari,” ucap Erikson menirukan perawat. Erikson dan keluargapun tenang dengan harap dokter sesegera mungkin menangani pasien sakit jantung tersebut. Dengan riwayat penyakit dideritanya, Erikson pun ditawari untuk cuci darah.
” Karena penyakit saya tiap minggu saya cuci darah. Karena memang saat itu sudah jadwalnya untuk cuci darah, perawat itu malahan sempat menawari saya untuk cuci darah,” jelasnya. Ia pun menganggukkan kepala, karena pada saat itu Erikson memang terkulai lemah dalam kasur. Setelah menuju tempat pencucian darah, pasien merasa kesakitan dan meminta aktifitas cuci darah tidak dilanjutkan. Perawat seakan mengerti dan menghentikan proses yang baru saja akan dilakukan dan membawa Erikson ke ruangan Amarilis Kamar I di lantai 3.
Waktupun terus berjalan, dokter yang dinanti tak kunjung datang. Erikson pun berang, ” Mana dokternya, kenapa belum datang ?” tanyanya kepada perawat dan disambut dengan kalimat, ” Sudah dekat pak, sabar ya,” ucap perawat itu mencoba menenangkan Erikson. Jam seperti berjalan cepat tak terasa sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Hitungannya sudah 20 jam kurang lebih Erikson menunggu kedatangan dokter yang dijanjikan dan tak kunjung muncul. Keluargapun sepakat untuk membawa pasien keluar dari RS Mitra Sejati dan menuju rumah sakit lainnya.
Parahnya perawat sempat bilang kalau Erikson harus dirawat dulu selama sepuluh hari baru boleh ke rumah sakit lain sebelum beranjak pergi, kekesalan keluarga meningkat mendengar perkataan perawat yang tak berdasar itu.
” Tapi saya tau aturan Askes. Daripada sakit saya makin parah, saya bisa mati menunggu disitu. Akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk tetap pindah rumah sakit,” jawab Erikson pada saat itu.
Sementara itu pihak RS Mitra Sejati melalui Humasnya, Erwin Lubis, saat dikonfirmasi wartawan lewat telepon selularnya hanya mengatakan bahwa ia sedang sibuk mengikuti rapat.
” Nanti saya cari info dulu karena baru siap rapat,” jawab Erwin melalui pesan singkat.
( Laporan Dari Namorambe, MB-7)