
Teks Foto – Sekretaris FSPMI Sumut, Willy Agus Utomo saat berada di ruang kerjanya. (WAU)
Medan Berita – Rencana penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar oleh pemerintah justru disambut dingin oleh kalangan buruh Sumut.
Sebelumnya pemerintah berencana akan menurunkan harga BBM jenis premium dan solar sebesar Rp500 pada 1 April 2016 ini.
Penurunan harga BBM yang dinilai sedikit itu dianggap buruh tetap tidak bisa mendongkrak biaya hidup kaum buruh dan keluarganya.
Kata Sekretaris Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Sumut, Willy Agus Utomo kepada sejumlah awak media di kantonya Jln. Medan – Tanjung Morawa KM.13,1 , Jumat (01/04/2016) pagi.
” Turunnya BBM hanya Rp500 tak berarti apa-apa bagi kehidupan buruh, toh biaya kebutuhan hidup kaum buruh dan masyarakat tetap mahal,” ujar Willy.
Bukan hanya itu, Willy bahkan mengkritisi pemerintah, dimana menurutnya pemerintah sebelum ini justru telah banyak mengeluarkan kebijakan yang memperburuk kondisi buruh dan keluarganya dalam atasi biaya hidupnya.
Menurutnya, kebijakan pemerintah seperti, membatasi kenaikan upah dengan diterbitkan PP 78 tahun 2015 dan dengan dicabutnya subsidi listrik 900 watt menjadi 1300 watt bagi masyarakat tidak sebanding dengan penurunan harga BBM ini.
” Justru sebelum turun harga BBM yang tak seberapa ini, kita sudah banyak tertekan akan kebijakan pemerintah sendiri. Dampaknya sudah upah murah, bayar listrik naik tinggi dan pastinya harga sembako sudah terus naik. Jadi tak sebanding dengan penurunan ini,” ketus Willy.
Untuk itu, lanjut Willy lagi, kalangan buruh menuntut pemerintah selayaknya dapat menurunkan harga BBM secara signifikan. Yakni menjadi Rp5.000 per liter untuk premium dan Rp4.500 untuk solar. Sehingga menurutnya dapat meninggkatkan daya beli buruh yang selama ini terus tertekan.
” Kalau penurunannya signifikan, maka biaya transportasi, sewa rumah dan harga kebutuhan bahan pokok juga akan turun secara signifikan sekitar 15-20 persen. Ini berarti akan meningkatkan daya beli buruh dan masyarakat serta dapat meningkatkan konsumsi domestik, sehingga secara bersamaan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan akhirnya bisa mencegah gelombang PHK lanjutan yang sedang mengancam,” pungkasnya.
(Laporan dari Tamora, MB-14)