SICANANG BELAWAN – Gerakan TMMD menghijaukan daerah pinggiran pantai dengan mengalokasikan pohon mangrove tentu selayaknya mendapat acungan jempol dua-dua bahkan diberikan apresiasi setinggi-tingginya, karena lingkungan yang sehat itu ditandai dengan tumbuhan dan pepohonan yang subur. Dengan demikian udara yang dihirup hasil dari potosintesa lingkungan, manusia dan alam pun sehat segar tanpa polusi.
Pada dasarnya secara sirkulasi realitas alam semesta bahwa manusia itu mengeluarkan ampas udara namanya Karbondioksida (C02), sementara alam sekitar yakni pohon dan tumbuhan mengelurkan zat ke udara yang disebut Oksigen (O2).
Dengan demikian dapat diperhitungkan ukur ujinya bahwa antara manusia dengan pohon itu saling membutuhkan satu sama lain. Apabila manusai menghembuskan nafas maka zat yang dikeluarkan di udara disebut ‘C02′, sementara zat tersebut unsur yang dibutuhkan pohon dan tumbuhan. Sebaliknya, Pohon dan tumbuhan mengeluarkan zat ke udara disebut ’02’ yang sangat dibutuhkan manusia.
Inilah alasan utama mengapa pohon tidak boleh sembarangan ditebang demi untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Sebab itulah Organisasi Kesehatan Dunia WHO yang berkantor pusat di Jenewa Swiss, sebuah lembaga khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melarang keras penebangan pohon secara liar tak beraturan dimuka bumi ini, dan menyerukan pelestarian hutan, mengapa? Tentu karena mereka tau bahwa ‘Hutan Adalah Paru-paru Dunia’.
Dengan kata lain, apabila hutan tidak ada di bumi ini maka kehidupan dialam ini juga akan musnah. Jadi, penanaman pohon mangrove pada program TNI Manunggal Membangun Desa ( TMMD ) ke 99 Tahun 2017 Kodim 0201/BB bukan saja menyelamatkan tanah pinggir pantai dan mengindahkan Sicanang Belawan, tetapi ‘menanam pohon mangrove merupakan Gerakan Selamatkan Dunia’. (ILYAS NASUTION/JOIN)