
Medan Berita
Terkait informasi yang diterima di Grand Station diduga difasilitasi ruang prostitusi dan obat terlarang, Kapolsek Medan Kota mengatakan, akan lidik.
” Kami lidik bg. Saya baru dengar dari abg info itu,” ucapnya melalui Akun Whatsapp, Sabtu (06/07/2019) pukul 18:19 WIB.
Grand Station selain dipakai untuk dijadikan karaoke diduga tempat tersebut difasilitasi ruang untuk melakukan praktik prostitusi dan penjualan obat terlarang.
Tempat hiburan ternama di Kota Medan itu berlokasi di Jalan Brigjen Katamso, Komplek Centrium Nomor 98-104, Kec. Medan Kota.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil investigasi awak media ketika mengunjungi gedung hiburan tersebut.
Saat tiba di lokasi, pengunjung langsung diarahkan pegawai Reception untuk menuju pintu masuk tangga lift dengan menggunakan kartu card lift.
Usai memasuki salah satu ruang KTV yang dipesan sebelumnya, terlihat dibagian sudut ada ruangan berukuran kecil yang di dalamnya sudah tersedia sebuah sofa.
” Tepat diujung ruangan, saya melihat sebuah ruangan kecil yang biasa disebut ruang ‘eksekusi’ alias ruang pelepas syahwat,” kata pengunjung.
Grand Station yang sebelumnya bernama Station berlokasi di Jalan Wajir/Mangkubumi, Medan Kota diduga juga menyediakan narkoba.
Saat berada di dalam ruangan tempat hiburan malam itu, tiba-tiba, terlihat saya seorang tamu di KTV sebelah keluar dan memanggil seorang pegawai Grand Station. “Bang..H5, dua ya” katanya.
Hanya dalam hitungan menit, pelayan itu kembali dan memberikan pesanan tamu tersebut. Sungguh menakjubkan. Transaksi ekstasi di Grand Station ternyata terang-terangan dilakukan.
Menurut kolega saya, transaksi narkoba seperti ekstasi sudah biasa dilakukan di Grand Station. Bahkan, mau berapa butir ekstasi pun dengan berbagai merek ada di disini (Grand Station).
“Kita tinggal panggil aja pelayan. Setiap ekstasi beda-beda bro, mulai dari 175 ribu hingga Rp 250 perbutirnya ada disini. Yang jelas, selama saya disini, belum pernah razia. Inilah yang dimanakan surga dunia bro,” kata kolega.
Menurut cerita kolega, ada beragam merek pil ekstasi yang dijual di Elegan. Mulai dari merek Banteng, Wallet, Pink Love, Batman dan merek lainnya. Masing-masing merek punya kedahsyatan yang berbeda. Misalnya saja, merek Banteng, bila dikonsumsi akan bertahan lama ‘tinggi’ dan pembawaannya ingin disko terus tanpa henti sebelum drop (habis efeknya).
Kalau merek Pink Love, kata kolega, pembawaannya serasa ringan dan ingin terbang, kepala terasa begitu ringan dan ingin geleng-geleng terus mengikuti irama musik. Sedangkan merek Batman, bawaannya seperti gempa bumi.
“Makanya, pengunjung Elegan yang mau beli obat, biasanya nanya dulu apa merek barangnya. Karena masing-masing selera berbeda. Ada yang tak suka Banteng, ada juga yang suka. Tergantung seleralah,” kata kolega diiringi tawa rekan-rekannya yang mendengar obrolan kami.
Ketika hal itu dikonfirmasi kepada pihak pengelolah, Ahwi terkait info dari salah satu media terbitan medan tentang Grand Station dugaan adanya tempat prostitusi dan penjualan narkoba jenis pil ekstasi mengatakan,”mana linknya bos,” tanya dia.
Selanjutnya awak media memberikan link pemberitaan yang telah ditayangkan ke Akun Whatsapp miliknya dan menjawab,”Udah lama punya boss,” ucapnya.
Saat dimintai tanggapannya terkait hal itu, sampai berita ini diturunkan, pria turunan tersebut tidak menjawabnya hingga Sabtu (06/07/2019) sore.
(MB)